Rabu, 28 Juli 2010

Benarkah kita mendarat di Bulan???


BAGIAN SATU
PEMBUKTIAN FOTOGRAFIS


Gambar atau foto yang ditampilkan di buku ini dapat anda lihat dari berbagai sumber, baik media cetak , video maupun internet, semua pihak dapat mengaksesnya, penulis dalam hal ini hanya merangkum dari berbagai nara sumber dan memberikan beberapa kesimpulan.

Seorang kritikus bernama David Percy adalah orang yang pertama mengungkapkan ke media tentang “kejanggalan” pada foto-foto misi APOLLO. Mari kita meneliti satu demi satu penyimpangan tersebut.

ISSUE 1
Bayangan dua astronot tidak simetris, mustahil terjadi jika hanya terdapat satu sumber cahaya

Perhatikan foto dua astronot di bawah ini, bayang-bayang kedua obyek terlihat jatuh secara tidak benar dengan sudut berbeda dalam gambar yang diambil pada permukaan bulan, perhatikan dengan seksama dan pada teknik fotografi hal ini hanya dapat terjadi jika ada lebih dari satu sumber cahaya yang menyinari obyek, layaknya efek lampu studio yang profesional dengan menggunakan lampu yang berdaya tinggi.



Perhatikan dua bayangan yang tidak simetris

Perlu diingat Bulan hanya mempunyai satu sumber cahaya yakni, matahari dan mustahil Apollo membawa lampu sorot (mengingat efisiensi energi). Jika kondisinya seperti itu maka seolah gambar ini diambil pada suatu panggung pengambilan gambar di suatu tempat.

Selintas tak ada yang salah, tapi bagi orang yang jeli secara jelas ada penyimpangan kasat mata pada gambar diatas ( diambil dari transmisi TV misi Apollo 17 ), jelas nampak bayangan dua astronot membuat sudut yang berbeda sehingga secara jelas disimpulkan bahwa ada ada beberapa sumber cahaya yang berbeda. Bagaimanapun, suatu pendekatan yang logis pada masalah ini mengungkapkan bahwa tidak ada hal yang misterius disekitar obyek ( dari segi fisika ) tak mungkin ada deviasi cahaya menurut para pakar sehingga terjadi anomali bayangan. Bulan diyakini tidak mengandung unsur pembalikan cahaya seperti fosforensi maupun fluorensi , fosforensi: zat fosfor yang dapat berpendar dalam gelap tanpa ada pemicu sumber cahaya lain, fluorensi: zat fluor jika disinari dengan sedikit cahaya akan bereaksi dengan berpendar lebih menyilaukan dari cahaya pemicu itu sendiri. Sebaliknya jika memang ada sumber cahaya berbeda seharusnya setiap obyek juga mempunyai dua bayangan, jawabannya adalah bahwa gambar tersebut masih diambil pada saat matahari juga dipakai sebagai sumber cahaya yang dominan, atau masing-masing obyek mendapat pengaruh dominan sama kuat dari masing-masing sumber cahaya.

Maka, bagaimana cara menjelaskan bayang-bayang yang nampaknya menyimpang di gambar ini? Jika kita lihat lebih dekat, akan terlihat bahwa astronot pada sisi kanan pada posisi mengambang/melambung lebih tinggi dari astronot sebelah kiri. Posisi demikian hanya mempunyai efek memperpanjang bayang-bayangnya saja, tetapi tidak membuat sudut bayangan berubah (itu jika cahaya dari satu sumber).



permukaan tak rata hanya memperpanjang bayangan tidak membelokkannya

Penting juga mengingat bahwa Bulan juga mempunyai suatu permukaan yang sangat tidak teratur dan tak datar, dengan banyak kemiringan, bukit dan lubang di permukaan. Sebagai hasilnya, banyak dari bayang-bayang nampak tidak sama panjangnya. Sebagai perbandingan lihat gambar di atas, perhatikan efek bayangan pada permukaan rata pada gambar dikiri dan permukaan cekung pada gambar kanan seperti dijelaskan David Percy.




efek distorsi terjadi jika diambil pada sudut tertentu

dalam teknik fotografi, jika mengambil gambar dengan sudut kemiringan tertentu dengan satu sumber cahaya maka akan terlihat di foto yang tercetak ada efek tidak paralel yang muncul dengan kecenderungan membuat perbesaran sudut, ini yang disebut distorsi foto. Tetapi pada foto dua astronot diatas sudut pengambilan frontal tegak lurus dengan menempatkan dua obyek pada satu garis sehingga tak mungkin ada efek distorsi.

Memang ada teori lain yang mengatakan bahwa foto diatas menggunakan teknik “cropping” atau teknik foto dua bukaan pada satu frame. Teknik cropping pada masa ini sangat mudah dibuat dengan teknik grafis komputer, tetapi pada masa itu teknologi ini tidak dikenal. Dengan memanfaatkan teknologi yang belum dikenal publik, NASA bisa saja membuat foto tersebut, teknik cropping dapat dideteksi dengan teknologi sekarang, tetapi pada gambar diatas disimpulkan tak memakai rekayasa tersebut.

Teknik dua bukaan pada satu frame, lazim dipakai oleh penggemar fotografi. Teknik sangat sederhana yakni mengambil gambar obyek pertama, menggulung ulang klise film dan mengambil obyek kedua, diperlukan kehati-hatian berupa kamera yang tak bergeser dan teknik menggulung klise. Rekayasa ini dapat dideteksi jika kita dapat memperoleh negatif filmya, sayangnya ini yang tak kita dapat dari NASA.

Penjelasan dua bayangan yang berbeda sudut jatuhnya dengan teknik foto dua bukaan ini adalah sebagai berikut; astronot yang difoto bisa memakai satu orang atau dua orang. Pada pengambilan obyek pertama astronot datang dari kanan dan melakukan gerakan melambung, cahaya yang dipakai arahnya lebih tegak lurus, pada pengambilan gambar kedua astronot sudah dikiri (atau ada astronot kedua) , hanya saja secara ceroboh sumber cahaya digeser (tergeser) kearah horisontal astronot sehingga sudut bayangan berubah.

Kesimpulan, ada penyimpangan pada obyek dalam gambar, yang mana ada rekayasa yang tak pintar pada setting pengambilan gambar dengan menempatkan banyak sumber cahaya sehingga membuat “kesalahan bayangan”.

Juga disinggung adalah peralatan kamera yang digunakan oleh astronot pada permukaan bulan. Lensa sudut lebar yang dipendekkan, seperti pada kamera gendong Hasseblad 70mm yang digunakannya, akan mendistorsikan bayangan paralel.




Apollo 12 - astronot Alan Bean dengan kamera Hasselblad pada permukaan bulan.

Perhatikan gambar/foto diatas, apa pendapat anda tentang foto ini ? jika anda awam dalam fotografi mungkin tak menyadarinya tapi perhatikan ! Kaca helm astronot mempunyai permukaan cembung, sehingga mempunyai sudut pantul yang lebar. Menurut para ahli fotografi sosok astronot Alan Bean ini difoto dalam jarak sangat dekat, sehingga seharusnya akan tampak bayangan fotografer / pemfotonya pada kaca helm. Seandainya memang astronot yang tampak pada kaca helm adalah pemotretnya terlihat bahwa posisinya sangat jauh, sekalipun memakai lensa zoom. Jadi, bagaimana mungkin ini terjadi?

Penulis mempunyai dua pendapat, pertama gambar pada kaca helm merupakan hasil cropping, atau sosok astronot ini hanya boneka pajangan dengan lapisan helm belakangnya dibuka sehingga kita melihat dengan “menembus” helm, obyek dikaca sebetulnya latar belakang. Perhatikan garis cakrawala bulan, nyaris satu garis bukan? Hanya terdistorsi sedikit oleh kaca cembung helm.

ISSUE 2
Bayangan yang tak konsisten karena banyak sumber cahaya

Bagian depan dari obyek pada banyak gambar astronot di Bulan diterangi dengan cahaya yang intens, sedangkan pada bayang-bayang obyek secara mutlak hitam, kembali membuktikan adanya banyak sumber cahaya.

Detil dari foto dibawah ini (diambil dari misi Apollo 16) antara lain ; cahaya datang dari balik punggung astronot sehingga membuat bayangan didepan badannya. Tetapi mengapa bayangan yang tercetak ditanah bagian depan terlihat hitam pekat dan bagian dada astronot lebih terang? Seyogyanya bagian dada sama hitam dengan bayangannya, karena sama-sama tak memperoleh cahaya. Bandingkan lagi dengan sosok kendaraan rover dilatar belakang, bagian roda yang tak mendapat cahaya terlihat hitam pekat! Tak sama dengan sosok astronot.




intensitas kegelapan yang tak sama

Pemahaman fotografinya adalah, pilihan antara bagian obyek yang membelakangi cahaya beserta bayangannya mempunyai tingkat kehitaman yang sama; atau belakang obyek dengan bayangannya mempunyai intens level pencahayaan yang sama. Tentunya ini tak berlaku jika memang obyek diterangi oleh lebih dari satu sumber cahaya (seperti studio) yang mana bagian belakang obyek dengan bayangan mendapat intensitas cahaya yang berbeda dari lebih satu sumber cahaya, dalam hal ini obyek lebih terang karena ada cahaya lain yang menyinarinya.

Ingat ini ! Secara fisika tidak ada difusi (perpendaran) pada keadaan hampa udara karena tidak ada partikel perantara, jika matahari berada pada arah punggung astronot maka bagian dada harus mutlak gelap sama dengan bayangan pada tanah didepannya.

Jika kita mengesampingkan difusi dan iluminasi pada ruang hampa, polemik yang berkembang adalah, Argumentasi NASA bahwa obyek dapat lebih terang karena adanya efek “reflector” atau "pencerminan cahaya" untuk menerangi astronot pada foto ini. Reflector itu adalah dari unsur alam dari permukaan bulan itu sendiri! Material permukaan bulan merupakan warna kelabu terang. Seperti diketahui, dari contoh Apollo yang diambil dari bulan dan yang dianalisa di Houston, material terdiri dari partikel gelas, dengan banyak mineral bias dan yang memantulkan cahaya di dalamnya. Semua bahan-bahan, cenderung untuk memantulkan cahaya secara langsung kembali ke arah sumber cahaya dengan efisiensi yang sangat tinggi, dalam hal ini matahari. Ini merupakan satu alasan mengapa Bulan Purnama menjadi sangat terang ( dibanding tahap yang lain ) di waktu langit malam ; matahari diposisi "di belakang" bumi. Efek dari cahaya matahari yang menerpa permukaan bulan dan dicerminkan permukaannya ke arah matahari menciptakan suatu "backscatter" pendaran balik yang menerangi pakaian astronot dengan bayangan terang "fill-light".

Tetapi argumen diatas dengan cepat dibantah dengan fakta bahwa bayang-bayang astronot pada permukaan bulan menjadi sangat gelap justru membuktikan bertentangan dengan teori ini, karena semestinya juga bayangan didepan tak berwarna gelap pekat paling tidak mempunyai tingkat terang yang sama dengan obyek. Itupun dengan mengesampingkan tak adanya iluminasi pada ruang hampa yang membuat pakaian asronot "terlihat" . Argument tambahan dari pihak NASA bahwa cahaya tak dapat mengiluminasi bayangan yang terletak datar pada permukaan bulan adalah sekedar permainan kata saja.

Menariknya, menyangkut pertanyaan tentang banyaknya sumber cahaya, sebagian dari ahli NASA mempunyai teori yang malah membuat suatu kekeliruan yang sangat penting. Itu adalah kesalahan sederhana, banyak dari mereka menyatakan, bahwa bumi adalah "sangat signifikan" juga sumber cahaya pada Bulan . Ketika penuh, bumi adalah 68.4 kali lebih terang dari suatu bulan purnama seperti dilihat dari Bumi. Atau sebanding kira-kira 13.5 kali dilihat dari angkasa. Tetapi, itu adalah bukan keseluruhan cerita.

Bumi mempunyai -maksimum- 100 kali terang dari suatu Bulan Purnama ( mereka menaksir sedikit terlalu tinggi untuk membuktikan hal ini). Besaran tingkat keterangan cahaya dari bulan purnama sekitar - 13. Matahari sekitar - 27.

Setelah dikurangkan, ada suatu perbedaan dengan skala 14 . Karena setiap skala 5 setara dengan suatu faktor dari 100 tingkat terang, adanya perbedaan 14 angka skala sepadan dengan hampir 100 X 100 X 100, atau suatu faktor dengan jumlah satu juta! Dengan anggapan begitu maka biarpun tingkat terang bumi ~ 100 kali lebih besar (pada " Bumi yang penuh"), tingkat terang bulan masih ~ 100,000 kali lebih terang dibanding tingkat penerangan bumi. Kesimpulan, adalah salah beragumen bahwa bumi lebih terang dari bulan karena fakta membuktikan sebaliknya.

Disini terasa tak mungkin bahwa slide film yang digunakan oleh kru (merupakan "super film" yang dikembangkan oleh EG&G, lihat bab selanjutnya) sudah dapat mendeteksi "cahaya bumi" yang lemah pada permukaan bulan, sekalipun dibantu dengan sinar matahari.

Tentu saja, kita mempunyai pemikiran sendiri pada hal ini. Sebagian dari penganut teori konspirasi harus menyadari bahwa teori backscatter adalah tidak cukup menguntungkan untuk diperdebatkan tanpa datang sendiri ke permukaan bulan.

ISSUE 3
Tidak nampak satupun bintang di latar belakang pada gambar / foto di permukaan Bulan .


mengapa tak ada bintang dilangit?

Pertanyaan ini muncul, tetapi jawaban yang berkembang sangat banyak dan membuat orang lebih banyak bertanya lagi dan merasa tak memuaskan. Gambar astronot John Young yang sedang menghormat bendera didepan wahana LM “Orion” salah satu contohnya, dengan latar belakang berwarna hitam mutlak. Seseorang dengan pengetahuan yang paling sederhana tentang fotografi dengan mudah memahami ini. Proses keseluruhan menjadi rumit karena fakta pada kondisi ruang hampa, cahaya akan jauh lebih intens / menyilaukan, dan bukaan diafragma kamera harus lebih pendek. Cahaya terang pada latar depan obyek dari foto harus dipotret dengan suatu waktu bukaan yang sangat pendek yang berakibat, gambar akan menjadi sangat buruk . Latar belakang dengan banyak sumber cahaya seperti, katakan, bintang yang secara harafiah berjumlah trilyunan tidak terlihat satupun. Sebaliknya, jika pemotret ingin menangkap bintang pada latar belakang [jika ada], ia harus menggunakan suatu waktu bukaan diafragma yang sangat panjang, yang mana berarti bahwa obyek pada latar depan akan menjadi tak bersih/kabur karena gerakan obyek terekam.

Lepas dari teknis fotografi, gambar-gambar pada permukaan bulan (dengan obyek kegiatan astronot) sepertinya kurang bermanfaat , lebih bermanfaat bagi ilmu pengetahuan adalah gambar bintang karena dapat dipelajari pergerakannya oleh ahli astronomi.

Satu hal lagi dari foto diatas yang diperdebatkan adalah ketiadaan bayangan astronot John Young pada permukaan bulan, oke mungkin Young sedang dalam posisi melompat untuk menunjukkan adanya gravitasi bulan lebih ringan 6 kali daripada bumi, sehingga bayangan terletak di sebelah kanannya. Tetapi perhatikan secara seksama, sudut jatuh cahaya mempunyai sudut kecil hingga bayangan Modul Bulan dan tiang bendera mempunyai bayangan yang panjang, jika John Young dalam posisi melompat maka bayangannya akan terletak jauh di sebelah kanan (bahkan mungkin tak terlihat pada frame foto) , tetapi pada foto tersebut sudut jatuh bayangan terlihat terlalu dekat.



foto yang “bocor” dari NASA

Para pengkritik memang juga kadang melupakan bahwa analisa mereka melulu hanya pada foto yang ada, dan kemungkinan bahwa foto tersebut sudah ‘diedit’ sebelum disebarkan ke publik. Sudah tentu, pers juga juga diseleksi sehingga hanya memperoleh gambar yang perlu diperlihatkan ke publik dan membentuk opini publik bahwa langit sepenuhnya hitam mutlak. Seiring berjalannya waktu publik semakin kritis dan mempertanyakan kebenarannya.

NASA dalam menyanggah pertanyaan ini memilih cara yang “unik” , seorang penyelidik masalah ini yakni Richard C Hoagland telah “didekati” oleh petugas NASA, instruktur penerbangan Ken Johnston, Jr., dan membawakannya dengan satu set cetakan generasi pertama luar biasa dari fotografi Apollo dan bulan yang dibiarkannya tidak disentuh selama hampir tigapuluh tahun sejak ia memperolehnya dari dalam NASA. Apa yang ada di cetakan ini menunjukkan adanya cerita yang sungguh lain - bahwa langit di atas angkasawan yang terlihat kosong — dalam kenyataannya diisi dengan sesuatu yang asing, kebiru-biruan, geometris set dari suatu sebaran asing. Sehingga dalam hal ini secara tidak langsung NASA membenarkan dugaan pengkritik bahwa langit sebenarnya tidak hitam dan secara implisit menerangkan adanya foto bintang-bintang , kontradiktif dengan hal tersebut NASA juga seakan menelanjangi dirinya dengan secara tak langsung bahwa foto angkasa yang mutlak hitam adalah hasil editing?

ISSUE 4
Sumber cahaya seperti tidak alami, bukan cahaya matahari lebih seperti lampu sorot

Dalam beberapa gambar, suatu sumber cahaya yang sangat besar dapat dilihat dicerminkan pada klep kaca depan helm astronot. Ini harus merupakan suatu sumber cahaya yang dekat dan sangat terang. Jika diyakini sumber cahaya satu-satunya di bulan adalah matahari seharusnya refleksi pada kaca helm sebaiknya tak begitu menyilaukan, lebih merupakan satu titik kecil saja.




Apollo 17

Argumentasi ini adalah merupakan suatu variasi dari argumentasi sebelumnya. Gambar seperti terlihat di atas dan bawah ( yang diambil dari Apollo 17 EVA TV transmisi dan Apollo 14), nampak pada helm menunjukkan adanya suatu sumber cahaya sangat besar dan tingkat terang lebih dari 25% dari klep kaca depan helm astronot. Diduga sumber cahaya yang tercermin tersebut terletak tak jauh dari posisi astronot, dalam kata lain bukan cahaya matahari lebih merupakan lampu sorot.


Apollo 14

Pembela NASA membantah anggapan di atas dengan suatu penjelasan bahwa hal itu tak lebih dari efek pembengkokan cahaya, karena kaca helm merupakan kaca cembung sehingga mempunyai sudut melebar untuk mendeviasikan cahaya dalam hal ini adalah cahaya matahari. Kontradiktif dengan alasan NASA adalah secara fisik kaca helm astronot seperti kaca spion yang mana obyek yang terlihat di kaca helm riilnya lebih dekat posisinya, sehingga apakah matahari harus begitu dekat?

Perhatikan foto dibawah dengan gambar pencerminan matahari; kaca helm layaknya efek kaca spion membuat obyek tampak lebih jauh dari semestinya, padahal obyek itu sendiri posisinya lebih dekat. Bayangan matahari di kaca helm Ed White yang mengorbit bumi lebih kecil dibanding bayangan matahari pada kaca helm Gene Cernan yang berada di permukaan bulan. Ukuran matahari sepertinya tak sebanding dengan pantulan di kaca helm tersebut.


manakah yang benar-benar cahaya matahari?

ISSUE 5
Posisi yang tak memungkinkan untuk pengambilan foto.

Bukit atau batu besar pada foto bawah pada misi Apollo 17 semestinya merupakan obyek besar dan cukup jauh, dilihat dari teknis fotografi; jika obyek diambil dari jarak dekat maka obyek merupakan batu kecil dan otomatis latar belakang akan kabur ( Bumi dan garis horizon bulan akan tak jelas ), kesimpulannya obyek tersebut cukup jauh dan besar untuk difoto satu frame dengan latar belakang yang sama tajam. Jika begitu batu tersebut merupakan bukit yang cukup tinggi, sehingga astronot untuk mengambil gambar harus naik pada bukit atau pada ketinggian yang sama ( jikalau begitu permukaan bulan mempunyai kondisi yang sungguh sangat aneh, bayangkan adanya padang luas yang tiba-tiba ada bukit-bukit batu menonjol keluar bagaikan monumen, jika begitu tentunya banyak gambar untuk diteliti para ahli geologi).




bukit batu?

Demikian juga pengambilan gambar ketika modul bulan mendekati CSM dalam perjalanan kembali Apollo 11 (foto bawah) , karena memakai kamera tangan maka diperlukan astronot yang sedang berada di CSM atau diangkasa untuk mengambil gambar tersebut. Perlu dijelaskan disini ketika LM mendarat dibulan maka CSM ditinggal dalam keadaan kosong tanpa awak, system docking LM menggunakan sistim otomatis.




siapa yang memotret?

ISSUE 6
Bagaimana mungkin NASA mengambil gambar TV dari Lunar Module yang meluncur naik pada Apollo 15, 16, dan 17 jika pada permukaan bulan tidak ada satupun orang yang mengawaki kamera itu?



Adegan ketika Modul Bulan meninggalkan Bulan,
siapa yang memotret?

Kebanyakan gambar atau foto masih menjadi bahan perdebatan karena mempunyai persepsi yang berbeda sesuai argumen masing-masing pihak yang pro dan kontra. Tetapi lihatlah gambar-gambar diatas yang diambil dari misi Apollo 15-17, menyajikan kondisi saat modul bulan meluncur dari permukaan bulan untuk kembali ke modul CSM (modul pesawat induk) di angkasa bulan. Perlu ditegaskan disini bahwa adegan tersebut disiarkan/direkam dengan kamera film (bukan foto) memonitor dan memfokuskan lensa kamera pada modul bulan yang bergerak (kamera tentunya bergerak mengikuti gerakan modul bulan tersebut). Pertanyaannya adalah siapakah yang menjadi awak kamera (kameramen) tersebut? Tentunya tak mungkin meninggalkan seorang astronot dibulan, ataukah teknologi pada masa itu sudah sangat canggih sehingga kamera dapat digerakan dari Bumi (Houston) dengan mengabaikan masa jeda / keterlambatan karena jarak bumi dan bulan yang jauh?

selanjutnya: pembuktian secara scientist

Tidak ada komentar:

Posting Komentar